--> AMALAN BULAN SYA'BAN | Kanjeng Ibad

tempat rekresi intelektual dan kazanah keilmuan


Wednesday, May 7, 2014

AMALAN BULAN SYA'BAN

| Wednesday, May 7, 2014
Berikut adalah kelebihan dan keistimewaan bulan sya'ban. Bulan Sya'ban adalah bulan kedelapan menurut kalender Hijriyyah. Sya'ban bermaksud bercabang-cabang. Dinamakan Sya'ban kerana di dalam bulan ini masyarakat Arab pada saat itu bertebaran ke mana-mana tempat untuk mencari air disebabkan kemarau yang berkepanjangan.

Bulan Sya'ban merupakan di antara bulan yang mulia dan mempunyai beberapa kelebihan dan keistimewaan tertentu padanya. Padanya dianjurkan untuk memperbanyakkan ibadat seperti di bulan Ramadhan, Rojab, Muharam dll juga. Di samping itu juga bulan Sya'ban ini adalah bulan untuk persiapan bagi menyambut kedatangan bulan Ramadhan.

Bulan Sya'ban mempunyai keistimewaan tersendiri dalam Islam sama seperti bulan lain yang turut mempunyai kelebihan sehingga menyebabkan kehadirannya sentiasa ditunggu orang-orang yang suka beribadat sebagai salah satu jalan untuk mencari dan mendapat keridlaan Allah.

Sya'ban adalah antara bulan paling dicintai Rasulullah SAW dan Baginda akan lebih banyak berpuasa pada bulan ini. Amalan Rasulullah SAW patut dicontohi kerana selain memperbanyakkan amal kebajikan ia juga latihan rohani ke arah mempersiapkan diri menyambut kedatangan Ramadan.

Keistimewaan bulan ini ialah seluruh amalan manusia diangkat untuk dihadapkan kepada Allah maka sewajarnyalah sepanjang bulan ini diisikan dengan amal ibadah dan kebajikan.

Antara amalan yang dianjurkan pada bulan Sya'ban adalah memperbanyak puasa sunat, bertaubat dan beristighfar kerana sebagai manusia kita sudah pasti tidak akan terlepas daripada melakukan dosa. Bagaimanapun sebenar-benar taubat itu ialah taubat nasuha.

Taubat nasuha akan sempurna bila dilakukan apabila kita menepati syaratnya. Jika dosa itu antara manusia dengan Tuhan, hendaklah dia meninggalkan dosa atau maksiat itu, menyesali perbuatan maksiatnya serta berjanji untuk tidak akan mengulanginya.

Jika dosa itu berkaitan dengan hak orang lain, hendaklah memohon maaf daripada orang berkenaan, memperbanyak zikir dan berdoa. Zikir ialah ucapan dilakukan dengan lidah atau mengingati Allah dengan hati membesar serta mengagungkan Allah.

Ini bersesuaian dengan janji Allah bahwa orang yang beriman itu hatinya akan tenang, dengan zikrullah kerana berzikir (mengingati Allah) itu mententeramkan hati manusia.

Selain itu banyak lagi amal kebajikan yang boleh dilaksanakan pada bulan Sya'ban sebagai persiapan menyambut kedatangan Ramadan seperti memperbanyakkan sholawat atas junjungan besar Nabi Muhammad SAW, bersembahyang sunat terutama pada waktu malam dan bersedekah.

Maka rebutlah peluang dan kelebihan yang ada pada bulan Sya'ban ini untuk mempertingkatkan keimanan dan ketakwaan kita.

Rasulullah SAW pernah ditanya, mengapa Baginda melebihkan berpuasa sunat pada bulan Syaaban berbanding bulan lain? Baginda bersabda yang bermaksud: “Bulan itu (Syaaban) yang berada antara Rejab dan Ramadan adalah bulan yang dilupakan manusia dan ia bulan yang diangkat padanya amal ibadah kepada Tuhan Seru Sekalian Alam, maka aku suka supaya amal ibadahku di angkat ketika aku berpuasa.” (Hadis riwayat an-Nasaie)

Sementara itu, kelebihan malam Nisfu Syaaban disebut dalam hadis sahih dari Mu‘az bin Jabal, Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: “Allah menjenguk datang kepada semua makhluk-Nya pada malam Nisfu Sya‘ban, maka diampunkan dosa sekalian makhluk-Nya kecuali orang yang menyekutukan Allah atau orang yang bermusuhan.” (Hadis riwayat Ibnu Majah, at-Thabaroni dan Ibnu Hibban)

Malam Nisfu Syaaban juga adalah antara malam yang dikabulkan doa. Memetik pendapat Imam asy-Syafi‘e dalam kitabnya al-Umm: “Telah sampai pada kami bahawa dikatakan sesungguhnya doa dikabulkan pada lima malam yaitu malam Jumaat, malam hari raya 'Idul adha, malam hari raya Idulfitri, malam pertama pada bulan Rojab dan malam Nisfu Sya'ban.”

Kita boleh menghidupkan malam Nisfu Sya'ban dengan memperbanyakkan beribadat seperti sembahyang sunat dan berdoa, berzikir dan membaca al-Quran.

Kesimpulannya, amalan berterusan ini membuatkan kita lebih bersedia untuk beramal serta menyambut kedatangan Ramadan dengan hati bersih dan jiwa suci, dengan tujuan menuju ke arah kecemerlangan hidup.


Alhamdulillah, semoga kita masih deberikan umur panjang sehingga dapat bertemu bulan sya'ban tahun ini dan tahun-tahun yang akan datang

Kita juga dianjurkan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. Terdapat riwayat bahwa Nabi sallallahu’alaihi wa sallam sering berpuasa di bulan Sya’ban.

Diriwayatkan oleh Ahmad, 26022. Abu Daud, 2336. Nasa’i, 2175. Ibnu Majah, 1648 dari Ummu Salamah radhiallahu anha berkata: ”Aku tidak melihat Rasulullah sallahu’alaihi wa sallam berpuasa dua bulan secara berurutan kecuali beliau melanjutkan bulan Sya’ban dengan Ramadhan."

Dalam riwayat Abu Daud (dikatakan), "Sesungguhnya Nabi sallallahu alaihi wa sallam tidak pernah berpuasa sebulan penuh dalam setahun kecuali pada bulan Sya’ban dilanjutkan ke Ramadhan." (Dishahihkan oleh Al-Albany dalam shahih Abu Daud, no. 2048)

Dalam hadits ini tampak bahwa Nabi sallallahu alaihi wa salam biasanya berpuasa bulan Sya’ban penuh. Akan tetapi ada (hadits) lain bahwa Nabi sallallahu alaihi wa sallam biasanya berpuasa pada bulan Sya’ban kecuali sedikit.

Diriwayatkan oleh Muslim, 1156, dari Abu Salamah dia berkata, saya bertanya kepada Aisyah rardhiallahu anha tentang puasanya Nabi sallallahu alaihi wa sallam. Dia menjawab:

كَانَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ قَدْ صَامَ ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ قَدْ أَفْطَرَ ، وَلَمْ أَرَهُ صَائِمًا مِنْ شَهْرٍ قَطُّ أَكْثَرَ مِنْ صِيَامِهِ مِنْ شَعْبَانَ ، كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ ، كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ إِلا قَلِيلا (رواه مسلم، رقم 1156)

"Beliau biasanya berpuasa sampai kami mengatakan sungguh telah berpuasa (terus). Dan beliau berbuka sampai kami mengatakan sungguh beliau telah berbuka. Dan aku tidak melihat beliau berpuasa yang lebih banyak dibandingkan pada bulan Sya’ban. Biasanya beliau berpuasa pada bulan Sya’ban semuanya, dan biasanya beliau berpuasa pada bulan sya’ban kecuali sedikit." (HR. Muslim)

Para ulama berbeda pendapat dalam mengkompromikan dua hadits ini,

Sebagian mereka berpendapat hal ini terkait dengan perbedaan waktu. Pada sebagian tahun beliau sallallahu alaihi wa sallam berpuasa Sya’ban secara penuh. Dan pada sebagian tahun lainnya beliau sallallahu alaihi wa salam berpuasa kecuali sedikit (yang tidak berpuasa). Pendapat ini adalah pilihan Syekh Ibnu Baz rahimahullah." (Silakan lihat Majmu Fatawa Syekh Ibnu Baz, 15/416).

Sebagian lainnya berpendapat, bahwa Nabi sallallahu alaihi wa sallam tidak pernah berpuasa sebulan penuh kecuali Ramadhan. Sementara hadits Ummu Salamah maksudnya adalah berpuasa bulan Sya’ban kecuali sedikit (yang tidak berpuasa). Mereka mengatakan bahwa dari sisi bahasa kalau seseorang sering berpuasa, dibolehkan mengatakan berpuasa sebulan penuh.

Al-Hafiz berkata: “Sesungguhnya hadits Aisyah menjelaskan bahwa maksud dari hadits Ummu Salamah, bahwa Beliau sallallahu alaihi wa sallam tidak berpuasa dalam setahun sebulan penuh kecuali Sya’ban bersambung dengan Ramadhan.” Yakni bahwa beliau lebih banyak berpuasanya. At-Tirmizi mengutip dari Ibnu Mubarak sesungguhnya beliau berkata, "Dalam bahasa Arab dibolehkan mengatakan telah berpuasa sebulan penuh bagi orang yang berpuasa pada sebagian besar hari dalam satu bulan tersebut."

Ath-Thayyiby berkata, dimungkinkan beliau sekali berpuasa Sya’ban secara penuh, dan di lain waktu berpuasa sering dalam bulan itu, agar tidak disimpulkan kalau hal itu wajib dilakukan sebulan penuh, seperti Ramadhan. Kemudian Al-Hafiz mengomentari, "Pendapat pertama lebih tepat."

Maksudnya bahwa Nabi sallallahu alaihi wa sallam tidak melakukan puasa Sya’ban sebulan penuh. Dengan dalil riwayat Muslim, no. 746 dari Aisyah radhiallahu anha, belaiu berkata, "Tidak aku ketahui bahwa Nabi sallallahu alaihi wa sallam membaca Al-Qur’an semalam penuh, tidak juga melakukan shalat malam sampai subuh. Dan tidak berpuasa sebulan penuh kecuali Ramadhan."

Begitu juga berdasarkan riwayat Bukhari, no. 1971 dan Muslim, no. 1157 dari Ibnu Abbas radhiallahu anhuma dia berkata, "Nabi sallallahu alahi wa sallam tidak pernah berpuasa sebulan penuh kecuali Ramadhan."

As-Sindy berkata dalam menjelaskan hadits Ummu Salamah, “Teks 'Melanjutkan (puasa) Sya’ban ke Ramadhan’ yakni berpuasa di kedua bulan. Yang tampak dari teks tersebut adalah berpuasa Sya’ban sebulan penuh. Akan tetapi terdapat riwayat yang menunjukkan sebaliknya. Oleh karena itu dipahami bahwa beliau berpuasa pada sebagian besar harinya, sehingga seakan-akan beliau berpuasa penuh dan bersambung ke bulan Ramadhan."

Kalau dikatakan, apa hikmahnya memperbanyak berpuasa di bulan Sya’ban? Maka jawabannya adalah perkataan Al-Hafidz: “Yang lebih tepat apa yang diriwayatkan oleh Nasa’i dan Abu Daud serta dishahihkan oleh Ibnu Huzaimah dari Usamah bin Zaid, dia berkata, saya bertanya: “Wahai Rasulullah, aku tidak melihat engkau (sering) berpuasa dalam satu bulan seperti engkau berpuasa di bulan Sya’ban?" Beliau bersabda: “Itu adalah bulan yang kebanyakan orang melalaikannya yaitu antara Rajab dan Ramadhan. Yaitu bulan yang di dalamnya di angkat amalan-amalan kepada Allah, Tuhan seluruh alam. Maka aku ingin amalanku di angkat, aku dalam kondisi berpuasa.” (Dinyatakan hasan oleh Al-Albany dalam Shahih An-Nasa’i, no. 2221)

B. AMALAN BULAN SYA’BAN

Mengingat begitu mulianya bulan Sya’ban, maka sangatlah rugi kalau kita sebagai muslim yang taat tidak menggunakannya sesuai dengan petunjuk Rasulullah saw. Adapun amalan yang sangat perlu diamalkan pada bulan Sya’ban adalah sebagai berikut :

1. Disunahkan berpuasa mulai awal Bulan Sya’ban sampai pertengahan bulan yaitu tanggal 13, 14 dan 15. Paling tidak berpuasa pada tanggal 15, mengingat hadits yang kedua riwayat Imam Ibnu Majah di atas.
Niat puasa pada bulan Sya’ban :
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ مِنْ شَهْرِ شَعْبَانَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى
Artinya : Saya niat berpuasa besok dari bulan Sya’ban sunnah karena Allah Ta’ala.

2. Pada malam Nisfu Sya’ban setelah shalat Maghrib melaksanakan shalat sunnah muthlaq 2 raka’at. Pada raka’at pertama setelah membaca surat Al-Fatihah membaca surat Al-Kafirun dan pada raka’at kedua setelah membaca surat Al-Fatihah membaca surat Al-Ikhlas, selanjutnya seperti shalat pada umumnya dan diakhiri dengan salam.

3. Selesai shalat dilanjutkan membaca surat Yasin 3 kali, dengan niat :

a. Surat Yasin pertama mohon dipanjangkan umurnya untuk beribadah kepada Allah swt.
b. Surat Yasin kedua mohon rizkqi yang banyak dan halal untuk beribadah kepada Allah swt.
c. Surat Yasin ketiga mohon ditetapkan iman.

4. Setiap selesai membaca 1 kali surat Yasin membaca doa nisfu sa’ban, sebagai berikut :
Wallahu’alam .


DO'A NISFUS SYA'BAN



Related Posts

No comments:

Post a Comment

terimakasih telah membaca blog saya, silahkan tinggalkan komentar